Bahaya Microplastic Untuk Kesehatan Paru

dr. Kevin Wahyudy Prasetyo, Sp.P
Author dr. Kevin Wahyudy Prasetyo, Sp.P

Polusi udara merupakan faktor risiko terjadinya masalah kesehatan pada paru. Plastik menjadi salah satu penyebab penyebaran polusi. Selama proses produksi hingga degradasi, plastik melepaskan fragmen lebih kecil berukuran <5mm yang disebut mikroplastik. Karena ukurannya yang kecil, mikroplastik di udara dapat langsung terhirup oleh manusia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan paparan terhadap manusia melalui rute inhalasi (hirupan) mencapai 3000 partikel tiap hari. Konsentrasi mikroplastik di lingkungan dalam ruangan lebih besar daripada di luar ruangan. Benda, material, dan perabotan dalam ruangan menghasilkan serpihan plastik akibat abrasi, dan mikroplastik dari sumber-sumber ini memiliki dampak yang jauh lebih besar pada manusia daripada polimer yang terkandung dalam makanan dan minuman.

Mikroplastik dapat berdampak pada saluran napas hingga paru sehingga menimbulkan penyakit seperti:

Asma

Penyakit ini merupakan penyakit saluran napas kronik yang secara umum dibagi menjadi tipe alergi dan non alergi. Polusi udara dapat memicu respons tubuh akibat paparan alergen dari lingkungan sekitar. Inhalasi mikroplastik dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan timbulnya asma dan memicu kekambuhan pada pasien asma.

PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik)

PPOK merupakan penyakit paru yang bersifat menahun dan cenderung mengakibatkan fungsi paru semakin menurun. Merokok merupakan faktor risiko utama penyebab penyakit ini. Studi menemukan adanya kandungan mikroplastik sebesar 20-500 mikrometer dalam rokok. Mikroplastik tertentu juga terdeteksi pada darah dan urin penderita PPOK.

Kanker paru

Paparan terhadap mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan dan mutasi sel pada jaringan paru sehingga terjadi kanker. Kasus kanker paru telah terdokumentasi akibat paparan polyvinyl chloride (PVC).

Kesimpulan

Mikroplastik merupakan partikel berbahaya yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada manusia. Tindakan pencegahan lebih diperlukan daripada pengobatan apabila sudah terjadi penyakit.

Our Experts

  • dr. Kevin Wahyudy Prasetyo, Sp.P dr. Kevin Wahyudy Prasetyo, Sp.P (Author)
  • dr. Chrisrianto Edy Nugroho, SpP dr. Chrisrianto Edy Nugroho, SpP
  • dr. Niwan Tristanto Martika, SpP dr. Niwan Tristanto Martika, SpP
  • dr. Ana Rima, SpP (K) FISR dr. Ana Rima, SpP (K) FISR