14
FEB
2019

Koran Solopos


Waspadai Penyakit Keganasan Pada Wanita


SUKOHARJO – Senin ini, tepatnya 4 Februari 2019 merupakan hari Kanker Sedunia. Peringatan hari Kanker Sedunia yang dimulai satu dekade silam ini menjadi momen menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan terhadap bahaya penyakit kanker.

Berdasarkan data Globocan pada 2018, terdapat 18,1 juta kasus baru di dunia dengan jumlah 9,6 juta kematian. Sementara di Indonesia, penderita kanker jumlahnya cukup besar dan berada pada urutan ke-8 di Asia Tenggara dengan angka 136.2/100.000 penduduk.

Angka tertinggi di Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru, yaitu sebesar 19,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per 100.000 penduduk. Kemudian diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk. Kendati demikian, Kementerian Kesehatan beberapa waktu lalu sempat menyebutkan deteksi dini kanker oleh masyarakat masih rendah. Ada beberapa hal yang patut diketahui dan diharapkan mampu mendorong publik agar lebih sadar akan gejala dan penyakit kanker.

Dokter Spesialis Onkologi Radiasi dari Instalasi Radioterapi Rumah Sakit (RS) Indriati Solo Baru Sukoharjo, dr. Nadia Christina Sp.Onk.Rad, mengatakan penyakit kanker disebabkan multifaktor. Faktor tersebut di antaranya pola makan, gaya hidup, merokok, kurang beraktivitas, stress, konsumsi alkohol berlebihan, genetik, karsinogen kimiawi, hingga karsinogen biologis, seperti infeksi virus, bakteri dan parasit.

“Kebiasaan memakan makanan cepat saji, gorengan yang menggunakan minyak hingga berkali-kali bisa meningkatkan resiko terkena kanker,” katanya. Inilah pentingnya kesadaran untuk menghindari potensi terkena penyakit kanker. Kanker sebenarnya bisa diwaspadai dengan menghindari faktor penyebabnya.

Di antara sekian banyak jenis kanker, dr. Nadia menyoroti penderita kanker payudara di Indonesia yang jumlahnya semakin meningkat. Menurutnya, dari data Cancer Registry di Departemen Radioterapi RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, pada tahun 2008-2012, kanker serviks merupakan kanker terbanyak terutama pada wanita, tetapi data tahun 2013 menunjukkan jumlah penderita kanker payudara terus meningkat dan menempati urutan pertama. Dia meminta agar para wanita tidak perlu takut untuk melakukan pemeriksaan dini. Ciri kanker payudara bisa dilihat dari munculnya benjolan di payudara. Ciri lainnya yakni warna kulit payudara berubah, keluar cairan/darah dari puting hingga muncul benjolan pada ketiak.

Sedangkan ciri kanker serviks di antaranya *pendarahan dari vagina diluar siklus mens, mengalami keputihan yang tidak biasa, rasa nyeri saat berhubungan intim, frekuensi buang air kecil meningkat, mudah lelah, pembengkakan di salah satu tungkai hingga kehilangan nafsu makan dan sembelit. “Kalau mengalami hal itu, jangan dibiarkan saja, tetapi langsung segera diperiksa ke dokter, dan yang harus diperhatikan bahwa pengobatan alternatif tidak akan menyembuhkan tetapi membuat penyakit menjadi lebih progresif” katanya.

 

Lebih lanjut, dia mengatakan deteksi dini dapat dilakukan dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk kanker leher rahim (serviks) atau PAP Smear. Sedangkan untuk pemeriksaan kanker payudara dilakukan dengan pemeriksaan SadaRi (Periksa Payudara Sendiri), lebih lanjut dengan pemeriksaan klinis, dengan metode ultrasonografi atau USG dan mammografi. Sedangkan deteksi dini untuk penyakit kanker secara umum misalnya dengan rajin melakukan MCU (Medical Check Up) terutama pada usia diatas 40 tahun.

“Penyakit kanker umumnya menyerang pada usia 40 tahun-50 tahun. Namun, sebenarnya deteksi dini bisa dilakukan lebih awal sebelum kanker menjadi parah,” imbuhnya. Dia mengatakan penyebab kanker serviks adalah karena infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus), sedangkan faktor risikonya seperti multipara (banyak anak), multisexual partner, merokok, kurangnya kesadaran akan higiene daerah kewanitaan. Dia menyarankan kepada masyarakat agar rutin melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal setahun sekali.

Sementara, RS Indriati Solo Baru memiliki fasilitas Comprehensive Cancer Center dengan pelayanan bedah onkologi, kemoterapi dan radioterapi. Pelayanan radioterapi menggunakan Pesawat Linac (Linear Accelerator) yang dapat menggunakan berbagai teknik radiasi seperti 3DCRT, IMRT, dan VMAT dengan radiasi ke sel kanker lebih fokus dan akurat serta efek radiasi ke jaringan sekitarnya lebih minimal sehingga efek samping yang dirasakan pasien selama radiasi juga lebih ringan.

SHARE TO

SHARE TO