31
JAN
2019
Koran Solopos
Mengatur Pola Diet Mampu Atasi Obesitas
SUKOHARJO – Kegemukan tubuh atau obesitas mampu diatasi dengan mengatur pola diet dan berolahraga secara rutin. Penderita obesitas juga bisa memanfaatkan alat dual energy X-ray absorptiometry (DXA) untuk mengukur persentase kadar lemak tubuh.
Obesitas menjadi faktor risiko berbagai penyakit kronis. Obesitas bakal mengakibatkan kesulitan dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari. Mereka harus merogoh kocek lebih dalam saat membeli pakaian dan makanan. Dari sisi medis, penderita obesitas berpotensi lebih sering sakit.
“Pola diet makan harus bertahap dan menyesuaikan berat badan maupun kadar lemak. Jika ingin melakukan diet secara ekstrem harus diawasi petugas medis,” kata dokter spesialis gizi di RS Indriati Solo Baru, Ayu Kusuma Dewi, Senin (21/1).
Ada beberapa penyebab obesitas tubuh seperti ketidakseimbangan antara konsumsi makanan dan aktivitas fisik yang lebih rendah dan genetik keturunan. Saat ini, masyarakat cenderung tidak menjaga pola makan dan gaya hidup. Mereka juga jarang melakukan olahraga secara rutin.
Untuk menentukan apakah seseorang termasuk obesitas atau tidak terdapat beberapa cara, yakni mengukur indeks massa tubuh (IMT), lingkar pinggang, dan kadar lemak. “Ada dua grade obesitas yakni yang memiliki body mass index/indeks massa tubuh nya antara 25-30kg/m2, kemudian ada yang body mass index/indeks massa tubuhnya lebih dari 30kg/m2. Penangan obesitas juga berbeda,” ujar dia.
Jumlah kebutuhan kalori tiap orang berbeda tergantung jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, usia, aktivitas fisik, dan penyakit yang menyertai. Oleh karena itu, diet untuk seseorang bersifat personal. Penurunan berat badan sebaiknya dicapai dengan kombinasi modifikasi diet rendah kalori dengan komposisi seimbang sekaligus olahraga yang rutin untuk meningkatkan pengeluaran energi. Diet rendah kalori idealnya memangkas kalori sebanyak 250-500 kkal disertai dengan kegiatan olahraga rutin yang membakar energi sekitar 250-500 kkal.
Penurunan berat badan yg sehat antara 0.5-1 kg setiap minggunya. Penurunan berat badan yang lebih ekstrim dilakukan pada kelompok obesitas grade I dengan penyakit komorbid atau pada kelompok obesitas grade II meski tanpa penyakit komorbid.
Pola diet yang ekstrim biasanya bias menimbulkan penurunan berat badan yang drastis. Tetapi, hal ini sering menimbulkan diet yoyo, yaitu berat badan yang turun lalu kembali naik setelah tidak bisa mempertahankan pola diet sebelumnya. Diet yoyo ini sebetulnya menimbulkan efek kesehatan yang merugikan karena meningkatkan persentase massa lemak tubuh dibandingkan sebelumnya. Pola diet yang ekstrim biasanya juga dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada organ seperti liver dan ginjal dan dan komplikasi jangka panjang lainnya.
Penanganan kasus obesitas di RS Indriati termasuk konsultasi gizi secara personal dan pelayanan katering makanan. Konsultasi gizi untuk mengatasi obesitas ini dapat dilakukan dengan target jangka waktu pendek atau pd pasien dengan penyakit kronis sesuai kondisi masing-masing. Kunci keberhasilan modifikasi diet rendah kalori adalah motivasi yang kuat seseorang untuk mencapai target berat badan yang diinginkan. (*)
Sumber Berita : Koran Solopos