19
APR
2021
Jawa Pos - Radar Solo edisi Senin, 1 Maret 2021
Screening, Deteksi Dini Kanker Serviks
SOLO BARU, Radar Solo – Kanker serviks menjadi penyakit paling mematikan yang menyerang wanita. Ini disebabkan kurangnya kesadaran para wanita untuk screening sejak dini. Kanker ini menyerang serviks, di area dalam kandungan. Karena letaknya di dalam, seringkali tidak ketahuan. Sehingga rata-rata kanker serviks baru terdeteksi saat sudah cukup lanjut.
“Untuk yang tidak perhatian terhadap screening, maka akan menjadi momok. Karena ketika sudah memasuki stadium lanjut, akan lebih sulit diterapi,” ungkap dokter spesialis obsgyn konsultan onkologi RS Indriati Affi Angelia kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin (26/2).
Affi mengakui kesadaran wanita lakukan screening masih sangat rendah. Mayoritas merasa malu memeriksakan diri yang berkaitan dengan organ intim. Padahal, screening butuh kerja sama dengan pasien untuk mau melakukannya. Dan memeriksakan diri jika ada keluhan. Sekaligus kepatuhan pasien selama pengobatan juga harus bagus.
“Wanita biasanya malu screening. Selain itu juga sering abai terhadap keluhan yang dirasakan. Tidak memeriksakan diri ke dokter. Maka ketahuan ada kanker serviks ini sudah terlambat. Jadi memang kanker serviks ini terjadi karena beberapa faktor,” bebernya.
Screening kanker serviks sebenarnya tidak harus menunggu muncul gejala. Standar yang disarankan rutin screening adalah, wanita yang sudah menikah. Affi menyebut jika memakai patokan internasional, wanita di atas 21 tahun setidaknya pernah screening. Bisa dengan screening pap smear atau IVA test. Khusus IVA test, tersedia di puskesmas dengan biaya lebih murah atau menggunakan BPJS Kesehatan.
“Kalau tidak ada gejala dan hasil tesnya bagus, tetap disarankan screening ulang. Kalau hasil normal, screening dilakukan tiga tahun sekali. Tapi screening tidak bisa menemukan langsung begitu saja. Hasil normal pun, tidak menutup kemungkinan pada screening berikutnya menunjukkan abnormal. Kadang pada tahapan prakanker awal, juga tidak ada gejala kanker serviks,” jelasnya. Keluhan paling dominan yang dirasakan pasien kanker serviks, yakni munculnya cairan abnormal dan terjadi pendarahan di luar siklus menstruasi atau saat berhubungan seksual. Namun Affi menegaskan, kanker serviks tidak memiliki gejala pasti. Yang ada hanya gejala kewaspadaan. “Jadi semua yang keluar dari vagina di luar kebiasaan normal, baik bentuk, warna, bau, pendarahan, atau terjadi sesuatu pascaberhubungan seksual, hati-hati. Atau ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di vagina, sebaiknya segera diperiksakan,” sambungnya.
Karena sebagian besar penyakit ini tidak bergejala awal, maka sering diabaikan. Affi mengatakan, proses menjadi kanker serviks, sebelumnya ada fase prakanker. Sel normal menjadi sel kanker, butuh waktu tahunan untuk berubah. Pada fase prakanker, selnya berubah tapi belum mempunyai sifat kanker. Untuk bisa mengetahui terjadinya fase ini, perlu deteksi dini, yaitu screening.
“Mayoritas di fase prakanker awal, tidak menimbulkan keluhan. Biasa saja. Tapi begitu di pap smear atau IVA test, baru ketahuan. Kalau sudah mendekati prakanker yang berat atau bahkan sudah mendekati kanker, biasanya baru ada keluhan. Keluar lendir yang abnormal, pendarahan di luar siklus menstruasi, dan menstruasi kacau tidak teratur. Itu harus waspada,” terangnya.
Lalu apa sebenarnya penyebab kanker serviks? Human Papiloma Virus (HPV) adalah jawabannya. Namun, virus HPV tidak mutlak akan menjadi kanker serviks. Sebab ada HPV yang high risk dan low risk. Virus ini bisa menyerang serviks melalui hubungan seksual. Sehingga semua wanita yang berhubungan seksual punya potensi terpapar virus HPV. “Solusi agar tidak terkena HPV, atur perilaku seksual dengan baik, screening rutin, dan hindari asap rokok. Karena asap rokok berpotensi mengubah sifat sel menjadi kanker. Apakah bisa sembuh? Secara klinis, semakin cepat ditemukan, harapan hidupnya akan lebih baik. Tidak ada kesembuhan total. Jadi belum tentu tidak akan kambuh lagi. Maka disebut kanker survival rate dan free of disease,” tandasnya.
Sumber Berita : Jawa Pos - Radar Solo edisi Senin, 1 Maret 2021