Skoliosis adalah kelainan tulang belakang 3 dimensi dengan kurva yang lebih dari 10 derajat. Ada beberapa jenis skoliosis berdasarkan umur yang dibagi atas Juvenile, Adolesence dan Adult. Kasus yang paling sering terjadi adalah Adolesence Idiopathic Scoliosis. Skoliosis merupakan kasus yang sering ditemukan pada anak sebelum masa pubertas. Skoliosis sendiri dapat diartikan sebagai kelainan tulang belakang yang ditandai dengan tulang belakang melengkung ke arah samping. Jika kita perhatikan seksama, tulang belakang akan membentuk huruf "S" atau "C".
Kasus ringan skoliosis kadang tidak menimbulkan gejala. Namun gejala bisa diamati oleh orang lain melalui perubahan pada penampilan fisik. Beberapa gejala skoliosis tersebut adalah:
Penyebab skoliosis tidak diketahui secara pasti, namun terdapat adanya faktor genetik/keturunan yang berperan cukup besar. Selain itu, penyebab skoliosis diantaranya sebagai berikut:
Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk melihat apakah tulang belakang pasien mengalami kelainan. Namun sebelum itu, pasien harus menjalani pemeriksaan fisik terlebih dahulu.
Dokter akan mengecek punggung pasien saat dalam posisi berdiri tegak. Dari posisi berdiri tegak, dokter dapat mengetahui apakah ada lengkungan pada tulang belakang, serta apakah bagu dan pinggang pasien berada dalam posisi yang simetris atau tidak. Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk membungkuk, sehingga dokter dapat mengecek adanya lengkungan di punggung bagian atas dan bawah.
Tes pencitraan atau pengambilan gambar akan membantu dokter melihat struktur tulang belakang pasien dengan jelas. Berikut adalah jenis-jenis tes pencitraan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis:
Selama dilakukan X-ray, pasien akan terpapar oleh sinar radiasi yang dapat menghasilkan gambar tulang belakang.
Selama tes ini berlangsung, gambar tulang belakang akan diambil dari berbagai sudut dengan menggunakan teknik X-ray. Dengan CT Scan, gambar yang dihasilkan adalah berupa foto 3 dimensi
Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar detail mengenai tulang belakang, serta jaringan-jaringan yang berada di sekelilingnya.
Sebagian besar penyakit skoliosis tidak dapat dicegah karena berhubungan dengan cacat bawaan lahir dan masalah genetik atau keturunan. Kecuali jika penyebab yang mendasarinya adalah penyakit osteoporosis.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk terhindar dari skoliosis akibat osteoporosis adalah meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D pada makanan, seperti sayuran hijau, ikan, telur, daging merah serta susu dan yogurt yang difortifikasi dengan vitamin D.
Sejauh ini, memperbaiki postur tubuh belum terbukti manfaatnya sebagai cara mencegah skoliosis. Namun, pasien tetap harus membiasakan diri untuk duduk dengan posisi yang benar untuk mencegah masalah tulang belakang lainnya.