Waspada Skoliosis

DR. Rieva Ermawan, dr. Sp.OT, Sub Sp.OTB(K)
Author DR. Rieva Ermawan, dr. Sp.OT, Sub Sp.OTB(K)

Apa Itu Skoliosis?

Skoliosis adalah kelainan tulang belakang 3 dimensi dengan kurva yang lebih dari 10 derajat. Ada beberapa jenis skoliosis berdasarkan umur yang dibagi atas Juvenile, Adolesence dan Adult. Kasus yang paling sering terjadi adalah Adolesence Idiopathic Scoliosis. Skoliosis merupakan kasus yang sering ditemukan pada anak sebelum masa pubertas. Skoliosis sendiri dapat diartikan sebagai kelainan tulang belakang yang ditandai dengan tulang belakang melengkung ke arah samping. Jika kita perhatikan seksama, tulang belakang akan membentuk huruf "S" atau "C".

Bagaimana Gejala Skoliosis?

Kasus ringan skoliosis kadang tidak menimbulkan gejala. Namun gejala bisa diamati oleh orang lain melalui perubahan pada penampilan fisik. Beberapa gejala skoliosis tersebut adalah:

  • Bahu miring
  • Pinggang kiri dan kanan tidak sejajar
  • Satu pinggul lebih tinggi dari pinggul lain
  • Adanya tonjolan tulang belikat pada satu sisi tubuh
  • Satu kaki memiliki panjang yang berbeda
  • Posisi kepala tidak berada tepat di tengah pundak
  • Hampir 23% orang yang menderita kelainan tulang belakang jenis idiopatik mengalami nyeri punggung, kesemutan dan mati rasa

Apakah Penyebab Skoliosis?

Penyebab skoliosis tidak diketahui secara pasti, namun terdapat adanya faktor genetik/keturunan yang berperan cukup besar. Selain itu, penyebab skoliosis diantaranya sebagai berikut:

  • Kondisi neuromuskuler yang menandakan adanya gangguan fungsi saraf dn otot, seperti distrofi otot atau cerebral palsy. Cacat bawaan lahir kondisi ini menandakan perkembangan tulang belakang yang tidak sempurna saat janin berada di dalam kandungan
  • Cedera atau infeksi pada tulang belakang, terjatuh dari tempat tinggi, kecelakaan, tertimpa benda berat di punggung 
  • Infeksi pada tulang belakang bisa menimbulkan cedera tulang. Osteoporosis  dapat membuat tulang mudah patah dan membuat tulang melengkung berlebihan

Bagaimana Cara Mendiagnosis Skoliosis?

Dalam mendiagnosis penyakit ini, dokter akan melakukan serangkaian tes untuk melihat apakah tulang belakang pasien mengalami kelainan. Namun sebelum itu, pasien harus menjalani pemeriksaan fisik terlebih dahulu.

Pemeriksaan fisik

Dokter akan mengecek punggung pasien saat dalam posisi berdiri tegak. Dari posisi berdiri tegak, dokter dapat mengetahui apakah ada lengkungan pada tulang belakang, serta apakah bagu dan pinggang pasien berada dalam posisi yang simetris atau tidak. Setelah itu, dokter akan meminta pasien untuk membungkuk, sehingga dokter dapat mengecek adanya lengkungan di punggung bagian atas dan bawah.

Tes pencitraan atau Imaging

Tes pencitraan atau pengambilan gambar akan membantu dokter melihat struktur tulang belakang pasien dengan jelas. Berikut adalah jenis-jenis tes pencitraan yang digunakan untuk menegakkan diagnosis:

  • X-ray

Selama dilakukan X-ray, pasien akan terpapar oleh sinar radiasi yang dapat menghasilkan gambar tulang belakang.

  • CT Scan

Selama tes ini berlangsung, gambar tulang belakang akan diambil dari berbagai sudut dengan menggunakan teknik X-ray. Dengan CT Scan, gambar yang dihasilkan adalah berupa foto 3 dimensi

  • MRI

Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar detail mengenai tulang belakang, serta jaringan-jaringan yang berada di sekelilingnya.

Pencegahan Skoliosis

Sebagian besar penyakit skoliosis tidak dapat dicegah karena berhubungan dengan cacat bawaan lahir dan masalah genetik atau keturunan. Kecuali jika penyebab yang mendasarinya adalah penyakit osteoporosis.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk terhindar dari skoliosis akibat osteoporosis adalah meningkatkan asupan kalsium dan vitamin D pada makanan, seperti sayuran hijau, ikan, telur, daging merah serta susu dan yogurt yang difortifikasi dengan vitamin D.

Sejauh ini, memperbaiki postur tubuh belum terbukti manfaatnya sebagai cara mencegah skoliosis. Namun, pasien tetap harus membiasakan diri untuk duduk dengan posisi yang benar untuk mencegah masalah tulang belakang lainnya.

Our Experts

  • DR. Rieva Ermawan, dr. Sp.OT, Sub Sp.OTB(K) DR. Rieva Ermawan, dr. Sp.OT, Sub Sp.OTB(K) (Author)