06
OCT
2020

Solopos edisi Selasa Pon, 29 September 2020


Merawat Jantung Sehat dengan Gowes


SUKOHARJO - Tren bersepeda di tengah masa pandemi Covid-19 harus ditunjang kebugaran dan fungsi organ tubuh yang prima termasuk jantung. Masyarakat diminta tak terlalu memaksakan diri jika memulai kegemaran bersepeda terutama untuk yang jarak jauh.

Fenomena gowes atau bersepeda akhir-akhir ini muncul saat sebagian besar masyarakat menjalankan work from home (WFH) untuk mencegah persebaran pandemi Covid-19. Hampir setiap pagi terutama Sabtu dan Minggu kerap dijumpai goweser atau pehobi bersepeda. Namun, tak sedikit goweser yang mengalami kelelahan fisik hingga sampai meninggal dunia akibat serangan jantung saat bersepeda.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Indriati, Solo Baru, dr.Tyagita Verdena Rani Savitri, Sp.JP, FIHA, mengatakan ada beberapa faktor penyebab serangan jantung saat beraktivitas berat seperti bersepeda jarak jauh. Misalnya, faktor usia, keturunan, riwayat penyakit dan kerja jantung yang melebihi kemampuan ketika bersepeda. “Khususnya goweser yang berusia di atas 35 tahun perlu medical check up terlebih dahulu sebelum bersepeda dengan jarak jauh. Ini penting untuk deteksi dini apakah menderita diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, kelainan irama jantung, kelainan anatomi jantung, atau penyakit penyerta lainnya. Jika tak pernah berolahraga lantas memaksakan diri untuk bersepeda jarak jauh akan berpengaruh dalam kerja jantung,” kata dia, saat ditemui Espos di RS Indriati, Solo Baru, Sukoharjo, Senin (21/9).

Tanda-tanda goweser yang mengalami serangan jantung adalah sesak napas, nyeri dada kiri yang menetap seperti tertindih benda berat. Tak sedikit goweser yang juga mengalami rasa berdebar di dada, rasa nyeri yang menjalar ke lengan kiri hingga ke leher kiri, keringat dingin, mual dan muntah saat terjadinya serangan jantung.

Jantung merupakan organ tubuh paling vital yang harus dilatih jika ingin bersepeda dengan jarak puluhan kilometer. “Jangan memaksakan diri jika tubuh sudah lelah dan harus istirahat. Persoalannya, banyak masyarakat yang tak pernah olahraga kemudian bersepeda jarak jauh hanya karena tak ingin ketinggalan tren. Justru bisa berakibat fatal karena bisa terkena serangan jantung,” ujar dia.

Berolahraga harus dilakukan secara bertahap mulai dari ringan, sedang hingga berat. Apabila tak pernah berolahraga, bisa berjalan kaki atau berlari ringan untuk menjaga kebugaran tubuh selama 150 menit per pekan. Kemudian, bisa dilanjutkan dengan bersepeda dengan jarak pendek terlebih dahulu.

Di RS Indriati Solo Baru, masyarakat bisa menjalani pemeriksaan deteksi dini penyakit jantung lewat treadmill test yang dibimbing langsung petugas medis. RS Indriati juga dilengkapi peralatan berteknologi canggih dan sumber daya manusia (SDM) yang berintegritas. “Jika ada masyarakat yang ingin berkonsultasi mengenai kondisi kesehatan jantung untuk keamanan saat berolahraga bisa langsung datang ke rumah sakit,” tutur dia.

SHARE TO

SHARE TO